BEIJING (Reuters) – China menggunakan langkah-langkah pencegahan virus korona, intimidasi, dan pembatasan visa untuk membatasi pelaporan asing pada tahun 2020, mengantarkan “penurunan cepat dalam kebebasan media”, kata Klub Koresponden Asing China (FCCC) pada Senin (1 Maret).
Untuk tahun ketiga berturut-turut, tidak ada wartawan yang mengatakan kepada kelompok itu bahwa kondisi kerja telah membaik, FCCC mengatakan dalam laporan tahunan berdasarkan 150 tanggapan terhadap survei koresponden dan wawancara dengan kepala biro.
“Semua senjata kekuasaan negara – termasuk sistem pengawasan yang diperkenalkan untuk mengekang virus korona – digunakan untuk melecehkan dan mengintimidasi jurnalis, kolega Tiongkok mereka, dan mereka yang ingin diwawancarai oleh pers asing,” katanya.
Pihak berwenang mengutip masalah kesehatan masyarakat untuk menolak akses wartawan ke daerah-daerah sensitif dan mengancam mereka dengan karantina paksa, tambahnya. Pembatasan visa juga digunakan untuk menekan pelaporan.
Setidaknya 13 koresponden diberi kredensial pers yang berlaku selama enam bulan atau kurang, kata FCCC. Wartawan asing yang berbasis di China biasanya menerima visa satu tahun dan harus memperbaruinya setiap tahun.
Wartawan juga digunakan sebagai “pion” dalam perselisihan diplomatik China, tambahnya.
Juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin mengatakan pada hari Senin bahwa klaim laporan itu “tidak berdasar”.
“Kami selalu menyambut media dan jurnalis dari semua negara untuk meliput berita di China sesuai dengan hukum … apa yang kami lawan adalah bias ideologis terhadap China dan berita palsu atas nama kebebasan pers,” katanya, pada konferensi pers harian.
China mengusir lebih dari selusin jurnalis asing di organisasi media AS pada tahun 2020, di tengah serangkaian tindakan balas dendam antara kedua negara. Washington juga memangkas jumlah jurnalis yang diizinkan bekerja di Amerika Serikat di empat media utama milik negara China.
Pada bulan September, Australia membantu dua koresponden asingnya meninggalkan China setelah mereka diinterogasi oleh kementerian keamanan negara itu.
Wartawan yang melaporkan dari Xinjiang barat jauh, di mana China telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia skala besar, mengalami pelecehan yang sangat intens, kata laporan itu.
Tahun lalu pihak berwenang China menahan Cheng Lei, seorang warga negara Australia yang bekerja untuk media pemerintah China, dan kemudian Haze Fan, seorang warga negara China yang bekerja untuk Bloomberg News, keduanya karena dicurigai membahayakan keamanan nasional.
Keduanya tetap ditahan.
Beberapa wartawan Reuters adalah anggota FCCC.